Di antara perbukitan dan pesona budaya, terhamparlah sebuah kota yang tidak hanya menarik mata, tetapi juga merayu hati. Yogyakarta, sebuah gemerlap intelektual dan keragaman budaya, terhampar seperti permadani raja yang mengundang kita untuk memasuki dunianya yang penuh keajaiban.
Di bawah sinar matahari yang hangat, jalan-jalan Jogja berlapis-lapis cerita. Jalan Malioboro, seperti urat nadi kota ini, melintasi pusat kota dengan kehidupan yang tak pernah surut. Di sepanjang trotoarnya, penjual kaki lima menawarkan beragam jajanan dan cinderamata yang berbicara tentang kisah kuliner khas Jogja. Seakan tak pernah tidur, Malioboro menjadi tempat bertemunya tradisi dan modernitas. Di malam hari, gemerlap lampu dan hiruk-pikuk pengunjung menciptakan aura magis, membuat setiap langkah di sini terasa seperti berjalan di lorong waktu yang menghubungkan masa lalu dan masa kini.
Namun, tak hanya Malioboro yang memukau. Keraton Yogyakarta, rumah tradisional bagi raja-raja Yogyakarta, adalah bukti hidup sejarah yang menjelma menjadi saksi bisu perjalanan waktu. Arsitektur yang anggun dan taman yang teduh menjadi saksi bisu dari hikayat kejayaan dan tantangan yang pernah dilalui. Di balik dinding-dinding keraton, sejuta cerita raja dan ratu, kehidupan istana, serta budaya Jawa tersimpan rapi, menanti mata yang ingin menengok lebih dalam. Tentu, banyak hal indah lainnya yang masih panjang untuk dikisahkan.
Disinilah rombongan pengurus DPW HEBITREN Provinsi Jambi akan melaksanakan kegiatan penting yang pernah ada di bumi, Pelatihan oleh tiga narasumber yang telah kenyang dengan ragam-macam pengalamannya, M. Adib Fikri, RR Sarwi Peni dan Fitri Riastuti. Mereka akan didampingi oleh tim dari BI, Febrian Nur Patria, Reva Dian Chalista dan Kms. Muhammad Syafii.
Materi-materi yang akan diberikan oleh tiga pakar tersebut akan terasa lebih sempurna karena kegiatan akan berlanjut Study Banding ke Pondok Pesantren Assalafiyyah Mlangi, Yogyakarta, Pondok Pesantren Al Imdab Bantul dan Pondok Pesantren Al Mumtaz.
Di tengah gemuruh perkembangan ekonomi global, terbersitlah sebuah fenomena yang menggugah perhatian dunia: Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren. Sebuah gelombang yang mengalir menghubungkan spiritualitas dan bisnis, mengukir cerita yang tak hanya tentang pencarian laba, tetapi juga pemberdayaan sosial dan pembaruan paradigma.
Pesantren, sekolah agama Islam tradisional di Indonesia, telah lama menjadi simbol pendidikan spiritual dan moral. Namun, dengan lahirnya konsep Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren, pesantren tidak hanya berkutat pada dunia rohaniah, tetapi juga membuka pintu lebar bagi dunia materi. Kehadiran ini bukanlah transformasi dari nilai-nilai agama, tetapi perpaduan harmonis antara spiritualitas dan ekonomi yang mampu menghasilkan dampak positif dalam banyak aspek.
Di bawah payung Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren, pesantren-pesantren yang dahulu hanya dikenal sebagai pusat pendidikan keagamaan, kini menjadi pusat pemberdayaan ekonomi lokal. Melalui pengembangan usaha-usaha yang beragam, mulai dari pertanian organik hingga industri kreatif, pesantren berperan dalam menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar, dan mengurangi disparitas ekonomi.
Untuk itu, dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, besok, 15 Agustus 2023, bertempat di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, kegiatan pelatihan dan study banding DPW HEBITREN Provinsi Jambi dimulai.