Maroko – Kedatangan sebanyak 30 Mudir dan wakil Mudir Ma’had Aly se Indonesia ke Kampus Institut Darul Hadist Al Hasaniyyah Universitas Al Qarawiyiin di Rabath Maroko diterima langsung oleh ulama besar Maroko, Syaikh Maulana Idris Al Fasi Al Fihri yang merupakan Guru Besar dan Wakil Rektor Universitas Al Qarawiyiin.
Selain itu, kedatangan para Mudir dan wakil Mudir Ma’had Aly Indonesia ini juga disambut oleh Direktur Institut Darul Hadist Al Hasaniyyah, Prof. Abdul Hamid Asyaq dan disertai jajaran Institut lainnya. Selain itu dari Indonesia juga dihadiri oleh Bapak Sutarwindargo, konsuler KBRI di Rabath.
Di awal memberikan sambutan dan pengantarnya, Syaikh Idris Al Fasi Al Fihri langsung memberikan ijazah sejumlah hadits kepada para peserta yang hadir. Antara lain yaitu hadist yang berbunyi:
ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ.
“Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh (Allah dan malaikat-Nya) yang ada di langit.”
Hadis berikutnya yang diijazahkan oleh Syaikh Idris Al Fasi Al Fihri yaitu hadist yang berbunyi:
يَا مُعَاذُ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ. فَقَالَ: أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ، لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ أَنْ تَقُولَ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.
“Wahai Mu’adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu. Demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu.” Lalu beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepadamu, wahai Mu’adz, janganlah engkau tinggalkan untuk mengucapkan doa ini setiap selesai shalat: “Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik”. Yang artinya yaitu: “Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu.”
Selanjutnya, Syaikh Idris Al Fasi Al Fihri yang merupakan ulama kenamaan Maroko yang pakar Ilmu Ushul Fiqh dan Ilmu Tasawuf ini mengutip ungkapan dari Syaikh Sulaiman Al Jazuli, seorang ulama pengarang kitab Dalail Khairat yang sangat masyhur di kalangan Pondok Pesantren di Indonesia.
Syaikh Sulaiman Al Jazuli, kata Syaikh Idris Al Fasi Al Fihri meminta para pelajar untuk membiasakan diri terhadap tiga perkara mulia. Pertama yaitu tawadhu’ (rendah hati), Husnul Khuluq (akhlak mulia) dan Husnuddhan (baik sangka).
Selain menekankan agar membiasakan diri dengan tiga perkara di atas, Syaikh Idris Al Fasi Al Fihri juga meminta para penuntut ilmu untuk menghindari tiga hal.
“Para penuntut ilmu harus menjauhi perasaan membanggakan ilmu yang dimilikinya, menjauhi suul khuluq (akhlak buruk) serta menghindari suudhan (buruk sangka), baik suudhan kepada manusia dan apalagi kepada Allah,” kata Syaikh Idris Al Fasi Al Fihri yang merupakan Mursyid Thariqat Syazaliyah di Maroko ini.
Oleh sebab itu, kepada para Mudir dan Wakil Mudir Ma’had Aly se Indonesia yang hadir dalam pertemuan ini Syaikh Idris Al Fasi Al Fihri menekankan agar setiap lembaga pendidikan memasukkan pelajaran tasawuf dalam kurikulum pembelajaran.
Hal ini, kata Syaikh Idris Al Fasi Al Fihri karena tasawuf mengandung tiga hal (ilmu), yaitu pertama, ilmu dakwah dan tazkir, ilmu mu’amalah dan Ilmu mukasyafah (ma’rifatullah).
Ketika menjelaskan tentang ilmu dakwah dan tazkir, Syaikh Idris Al Fasi Al Fihri lalu membacakan ayat yang berbunyi :
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ. وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ
Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Adapun berkaitan dengan ilmu dakwah dan tazkir yang terkandung dalam tasawuf, jika Ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari metode, strategi, dan prinsip-prinsip menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain secara efektif, maka ilmu tazkir itu berkaitan dengan bagaimana mengingatkan manusia kepada Allah, hari akhir, serta kewajiban-kewajiban mereka sebagai hamba-Nya.
“Dan kedua ilmu ini sesungguhnya terkandung dalam ilmu tasawuf tasawuf,” ujar Syaikh Idris Al Fasi Al Fihri.
Dan kedua, apa yang terkandung dalam tasawuf yaitu ilmu Mu’amalah, yang menjelaskan tentang bagaimana bermu’amalah dengan Allah dan bagaimana bermu’amalah dengan manusia (Hablumminallah dan Hablumminannas).
Jadi, menurut Syaikh Idris Al Fasi Al Fihri, alasan selanjutnya mengapa pelajaran tasawuf harus terintegrasi dalam semua aspek dan kurikulum pembelajaran adalah karena tasawuf ini yang memandu manusia untuk bagaimana sukses dalam bermu’amalah dengan Allah dan dengan sesama manusia.
Dan terakhir, sambung Syaikh Idris Al Fasi Al Fihri, ilmu tasawuf itu mengandung ilmu Mukasyafah atau Ma’rifatullah. Ini adalah alasan selanjutnya sehingga tasawuf harus terintegrasi dalam semua aspek pembelajaran di lembaga pendidikan Islam.
Terhadap pentingnya perkara ini, Shaikh Idris Al Fasi Al Fihri lalu mengutip ayat yang berbunyi:
فَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Maka bertakwalah kepada Allah, (niscaya maka) Allah mengajarkan kepadamu. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Dalam konteks ini, menurut Syaikh Idris Al Fasi Al Fihri, integrasi tasawuf dalam kurikulum pembelajaran itu akan mendorong para pelajar untuk mengamalkan ilmunya sehingga kemudian Allah akan mendatangkan pengetahuan kepadanya terhadap apa yang sebelumnya tidak diketahuinya.
Syaikh Idris Al Fasi Al Fihri juga mengutip hadits Rasulullah Saw yang berbunyi: “Man ‘amila bimā ‘alima, ‘allamahu-llāhu bimā lam ya’lam”. Yakni “Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang ia ketahui, maka Allah akan mengajarkannya ilmu yang belum ia ketahui.”
Keikutsertaan Para Mudir dan Wakil Mudir Ma’had Aly dari berbagai wilayah di Indonesia ke Maroko ini merupakan bagian dari program beasiswa non-degree untuk penguatan manajemen dan sanad keilmuan Ma’had Aly.
Program ini sepenuhnya dibiayai melalui dana abadi pesantren hasil kerja sama Kementerian Agama Republik Indonesia dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Dr. Muhammad Qodri, M.Pd.I
Mudir Ma’had Aly Syekh Ibrahim Al-Jambi Pondok Pesantren As’ad