Diantara kegiatan yang dilakukan pada hari libur perkuliahan yaitu ziarah wali ke Marakesh. Jarak antara Marakesh dan Ibu Kota Rabat tempat kami tinggal sekitar 235 km. Jika di Indonesia kita mengenal Wali Songo, maka Masyarakat Maroko mengenal istilah Sab’atu Rijal (Wali Tujuh) atau Aulia Sab’ah.
Menurut riwayat, ada kesamaan keduanya dalam metode berdakwah, yakni menggunakan pendekatan sosio-kultural. Seperti perdagangan, kesenian, perkawinan dan lain sebagainya. dalam rangka tabarrukan sedikit saya kutip diantara keistemewaan mereka. Berikut nama-nama Aulia Sab’ah dimaksud;
- Syekh Al-Qodhi Iyadh (w. 544 H.)
Pengarang kitab populer di Indonesia, yaitu As-Syifa bi Ta’rifi Huquqil Mustafa yang berisi tentang sirah nabawiyah. Alhamdulillah, saya sempat bertabarruk membacanya di hadapan maqbarah beliau sekalipun hanya beberapa pragraf. Syekh Al-Qodhi Iyadh juga merupakan guru para ulama. Di antaranya, filsuf besar Islam Ibn Rusyd sekaligus pengarang kitab Bidayatul Mujtahid
- Sayyid Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuly (w. 870 H
Pengarang kitab yang sangat masyhur, yaitu Kitab Dalailul Khairat yang berisi kumpulan salawat dan diamalkan umat Islam di seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia.
- Sidi Abdurahman as-Suhaili (w. 581 H)
Seorang sufi besar yang masyhur dengan kesungguhannya yang luar biasa dalam belajar. Beliau pernah berkata: ”Kami hanya sibuk mencari ilmu seperti sibuknya orang mencari kekayaan dengan kerja kerasnya”.
- Sidi Yusuf Ali as-Shanhajiy (w. 593 H)
Dijuluki Al-mubtala (orang yang mendapatkan ujian dari Allah). Semenjak divonis mengidap penyakit kusta. Akhirnya mengasingkan diri di sebuah gua yang berada disisi timur benteng kota Marakesh dengan tetap mengajar murid-muridnya hingga akhir hayatnya.
Walaupun dikucilkan masyarakat dan bahkan keluarganya, alih-alih bersedih, beliau malah mengumpulkan fakir-miskin lalu menyedekahkan makanan sebagai ungkapan kesyukurannya atas penyakit yang dideritanya.
- Sidi Abul Abbas As-Sibty (w. 601 H)
Beliau berasal dari daerah Sebta, Maroko. Digambarkan perawakan beliau berwajah tampan, berpenampilan harum dan bersih, serta suka memakai pakaian berwarna putih.
Di antara keistimewaannya, beliau sangat zuhud dan wara’ hingga dalam mengajar pun beliau tak pernah mengambil bayaran untuk dirinya. Berkat keikhlasannya, beliau dikaruniai doa mustajab.
- Sidi Abdul Azis At-Tabba’
Salah satu murid utama dari Imam Sulaiman Al-Jazuliy berjuluk As-Syaikhul Alim sebagai representasi intelektualitas dan keilmuan yang beliau sandang. Sidi Abdul Azis At-Tabba’ dikenal sebagai sufi pertama yang mengajak para pengikutnya untuk memperhatikan, memelihara dan memanfaatkan tanah.
Beliau mendirikan Zawiyah (ponpes) di kota Marakesh yang kebanyakan dari pengikutnya adalah petani. Beliau menyulap Zawiyah bukan hanya untuk tempat ibadah, tapi juga ruang kebudayaan dan ruang pembangkit ekonomi sosial masyarakat.
- Sidi Abdillah Al-Ghazwaniy (w. 935 H)
Sidi Abdullah al-Ghazwaniy merupakan ulama Marakesh yang berjuluk syaikhul masyaikh. Beliau adalah sosok ulama penutup dari ketujuh Wali Keramat kota Marakesh, Maroko. Al-Ghazwaniy adalah nisbah yang disematkan ke beliau karena berasal dari suku Ghazwan, salah satu suku Arab yang ada di Maroko.
Satu hal yang patut menjadi renungan. Ternyata, nama Marakesh (bahasa latin) berasal dari Muraakus (المراكس) dalam Bahasa Amazigh Suku Berber. Muraa artinya tanah, kus artinya Tuhan Tanah Tuhan. Di sebut Tanah Tuhan karena banyaknya para wali dan kaum shalihin di tempat tersebut. Namun seiring waktu, Marakesh saat ini sudah tergerus dari peradaban dan kebudayaan aslinya.
Banyak turis-turis manca negara, terutama dari eropa berseliweran dengan pakaian tidak pantas walau di area yang menurut adat istiadat kita dianggap sakral. Melihat fenomena tersebut, ada teman yang mengatakan, “Marakesh kok sudah berubah dari julukan tanah tuhan menjadi ‘ardu sayyahin’, atau tanah para turis.
Semoga ketidakmampuan kami dalam menjaga pandangan mata selama perjalanan tidak merusak keberkahan ziarah kami.
Dr. Muhammad Qodri, M.Pd.I
Mudir Ma’had Aly Syekh Ibrahim Al-Jambi Pondok Pesantren As’ad