Dari mana Asal Mulanya nama Pondok Pesantren As’ad?
Banyak orang menerka bahwa arti As’ad adalah bahagia atau mulia. Tidak sedikit juga yang mengira As’ad bermakna Singa. As’ad bermakna Bahagia tentu tidak salah. Tapi jika As’ad dengan arti Singa adalah keliru. Kecuali tanpa tanda koma ditengah kata.
Kalau begitu, apa sebenarnya makna As’ad sesuai dengan pemaknaan yang dibuat oleh Tuan Guru KH. Abdul Qadir bin Ibrahim? Tuan Guru KH. Muhammad Nadjmi Qadir menjelaskan bahwa makna As’ad adalah magnum pharmaceutics Hijrah. Penamaan ini dilatari oleh peristiwa sejarah bahwa pesantren As’ad hadir sebagai bentuk keresahan KH. Qadir akan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakain hari semakin berkembang dan maju.
Ketika masih menjadi guru dan pimpinan di Pondok Pesantren Nurul Iman, Guru Qadir menawarkan agar pesantren membuka pendaftaran dan menerima santri perempuan serta menambahkan kurikulum pembelajaran umum. Namun keinginan itu ditolak oleh para pimpinan ketika itu. Terutama usulan tentang menerima santri perempuan. Berawal dari sanalah, Guru Qadir merasa perlunya sebuah lembaga yang bisa memfasilitasi itu semua. Keresahan itu memunculkan semnagat baru dan “Hijrah” dengan mendirikan lembaga pendidikan yang baru. Ketika itu diberi nama Perguruan Langar Putih.
Penamaan Langgar Putih karena tempat belajar para santri adalah sebuah Langgar yang dibernama Langgar Putih. Namun Langgar Putih hanya menampung untuk santri laki-laki saja. Sedangkan santri perempuan masih belajar di rumah milik orang Seberang sebelum akhirnya pindah ke rumahnya sendiri. Tahun-tahun berlalu, santri semakin banyak. Guru Qadir memutuskan untuk mencari tempat yang baru yang lebih besar. Atas diskusi dan usulan dari para keluarga, Guru Qadir kemudian mendapat hibah langsung dari mertuanya, H. Taher, sebuah tanah yang sebelumnya sebagai tempat penyimpanan garam.
Di lokasi itulah Pondok Pesantren As’ad berdiri. Tepatnya pada hari selasa tanggal 17 maret 1951. Proses pembersihan lahan, Tuan Guru Qadir dibantu oleh para keluarga, santri, masyarakat dan para guru. Progres pembangunan terus berlanjut. Pada tanggal 29 Agustus 1951, Gedung permanen berukuran 35×17 meter yang terletak di atas lahan seluas satu setengah hektar resmi dibangun.
Tahun-tahun berlalu, Pondok Pesantren As’ad terus berkembang. Pada tahun 1970, Tuan Guru M. Nadjmi Qadir mendapat amanah untuk melanjutkan estapet kepemimpinan yang sebelumnya dipimpin oleh Tuan Guru Hasan Qadir. Satu tahun Tuan Guru Nadjmi memimpin, beliau melakukan renovasi pada gedung utama atas bantuan dari Ajun Komisaris Besar Polisi, Saut Hutabarat. Gedung itu direnovasi menjadi dua lantai.
Di mulai dari sanalah, Pondok Pesantren As’ad terus melakukan inovasi-inovasi dan perubahan dalam memberikan pelayanan Pendidikan terbaik bagi generasi penerus ulama. Setiap tahunnya, santri yang masuk ke Ponpes As’ad semakin banyak. Oleh karenanya, kelas-kelas tidak lagi mencukupi untuk menampung para santri. Melihat kondisi itu, dan dengan dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, termasuk Gubernur Jambi waktu itu, Bapak Hasan Basri Agus, ahlamdulilah Pondok Pesantren As’ad mendirikan kampus dua atau As’ad lokasi dua.
Tepatnya pada tahun 2012, kampus dua pun dibangun tidak jauh dari lokasi pertama. Kampus dua ini rencananya diperuntukkan bagi santri Aliyah dan mahasantri Mahad Aly Syaikh Ibrahim. Namun pada tahun itu masih dalam tahap pembangunan dan belum bisa menerima santri. Pembangunan berjalan selama satu tahun. Pada tahun 2013, alhamdulilah gedung dan kelas-kelas sudah bisa digunakan. Namun baru bisa ditempati oleh santri putra. Kemudian pada tahun 2014 gedung asrama dan kelas ditambah lagi. Dengan begitu, Pondok Pesantren As’ad membuka penerimaan untuk santri putri dan Mahad Aly Syaikh Ibrahim. Sampai saat ini alhamdulilah proses belajar-mengajar di Pondok Pesantren As’ad dapat berjalan dengan baik. Kampus Mahad Aly Syaikh Ibrahim pun juga telah mewisuda lulusan pertamanya.
*Fajri Al Mughni
Pembina Izzatul As’adi